Cerita saya di Kairo dimulai hari ini, Jumat 30 November 2018



 Di penghujung November 2018 ini saya akan memulai narasi saya di blog ini.

“Pertama saya menyampaikan keyakinan saya dan optimisme saya bahwa masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dengan perbedaan, sebagai masyarakat yang lahir dengan multiidentitas, orang-orang Indonesia sudah paham dengan hal sederhana ini.”

Sebagai pembuka, di tulisan ini saya akan menuliskan seputar isi blog yang akan saya isi dan pandangan saya yang sedari awal perlu saya sampaikan agar apa yang saya tulis nanti tidak menimbulkan kesalahpahaman atau ketika saya keliru pembaca bisa mengoreksi  isi yang saya sampaikan.

Pada rubrik Narasi, saya akan menuliskan seputar aktivitas harian saya secara random atau berkala. Atau juga kabar sederhana semacam berita. Gak tau kenapa saya jatuh cinta dengan Hard News dengan karakter lugas. Di rubrik ini saya akan banyak memakai gaya penulisan ala media-media berita online ini. Selain dengan gaya ini, saya juga akan menuliskannya dengan gaya Feature atau gaya tulisan dengan karakter human interest.
 
Review Buku, di sini saya akan menyampaikan ulasan dari buku yang saya baca. Sampai saat ini saya belum benar-benar yakin apa yang saya baca bisa saya pahami dengan baik. Tapi hati kecil saya mendorong untuk menjadikan Review Buku sebagai rubrik. Alasannya sederhana, selain saya berniat berbagi pemahaman, saya bermaksud memberikan informasi ringkas sebuah buku.

Terus terang saja saya penggemar tulisan-tulisan Ba Linda Christanty dengan esai-esainya. Sebabnya, saya akan mengeksplorasi daya tulis saya dengan menarasikan seputar Sejarah, Antropologi, Hukum Islam, Fikih Kontemporer, Ilmu Teologi dan Tokoh dalam bentuk Esai.

Selanjutnya pada Opini saya menarasikan tentang pandangan saya terhadap Keislaman, Keindonesiaan dan Kemanusiaan.

Tentang Keislaman, saya yang lahir dengan identitas muslim yakin bahwa Islam adalah iman, ilmu dan amal. Saya berkesimpulan bahwa Islam bukan hanya berisikan sekedar dogma-dogma yang tidak membuka ruang diskusi. Atau ritual-ritual turun temurun. Dalam keislaman sendiri saya menganut paham moderasi Islam yang dilestarikan oleh Al-Azhar dengan sebutan Manhaj Wasathy dengan ajaran akidah dari Imam Asy-‘Ary dan Imam Al-Maturidy. Mengakui madzhab fikih yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali) dan berakhlak Tasawuf.

Sikap saya terhadap Keindonesiaan adalah setuju dan yakin bahwa ideologi Pancasila adalah ikhtiar terbaik yang dirumuskan dan dipilih oleh para founding fathers untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Demokrasi sebagai sistem politik yang berasaskan pada Undang-Undang Dasar 1945 dan Bhineka Tunggal Ika sebagai pedoman berbangsa dan bernegara.

Saya sepakat dengan sikap kaum Nahdliyin dengan  common values-nya sebagai landasan interaksi sosial, yaitu jujur, adil, transparan, adil, gotong royong, dan konsisten. Terkait Kemanusiaan saya menjunjung tinggi nilai-nilai yang tegak menghormati hak-hak manusia seperti ilmu, amal, kebebasan, musyawarah, keadilan dan persaudaraan.

Tertanda,
Abdul Fatah Amrullah 




Komentar