Di Balik Senyuman Kita yang Ikut Foto di Hari Ujian Tahdid Mustawa 1893 Maba 2018
Setiap kita berjumpa untuk kemudian berpisah pada waktunya.
Sebut saja namanya KPP Maba atau Komite Pemberkasan & Pendaftaran
Mahasiswa Baru yang tugas utama tiap tahunnya mengurusi calon-calon mahasiswa
yang berangkat dari Indonesia melalui jalur Kementerian Agama RI dengan mengikuti
ujian yang diselenggarakan oleh OIAA Indonesia. Di Organisasi Internasional
Alumni Al-Azhar (OIAA) Indonesia yang sekarang dipimpin oleh Tuan Guru Bajang
(TGB) Dr. Zainul Majdi inilah KPP Maba ini bernaung. Di mana OIAA Indonesia ini
secara resmi menginduk ke OIAA Pusat di Kairo, Ibu Kota Mesir.
“Fatah, Oi, Siap jadi KPP Maba
gak? Ana disuruh nyari satu orang cowok KPMJB yang siap gabung.” Begitu
kira-kira chat patah-patah dari Fathul Wadi, kawan rumah saya di Rumah Masa
Depan (RMD) pada 08 Agustus 2018 silam melalui pesan WhatsApp.
Awalnya saya menolak terlebih dahulu karena beberapa hal. Utamanya saya
belum punya pengalaman kecuali saya ditempatkan di bidang informasi. Mungkin
saya bisa di bidang ini dengan modal pernah menjadi kru di Informatika. Dengan asumsi
bahwa saya kelak akan ditemani Fathul ini saya mengiyakan. Meski pada akhirnya
sebelum tugas di KPP Maba ini dimulai ia mengatakan bahwa hanya saya untuk
perwakilan Jawa Barat di sini. Sebab ia tidak bisa merangkap kerjaan dengan
tugasnya di Tim Visa Kolektif (Viktif) yang ia geluti sejak Mei 2018 lalu. Karena
dipastikan akan bentrok antara aktifitas KPP dan Viktif yang berkantor di
Konsuler KBRI Kairo, Madinah Naser ini.
28 Oktober lalu tugas kita dimulai mengurusi berkas 1893 calon mahasiswa
baru ini. Sebelumnya saya sempat tanya-tanya ke senior kita akhi Hisyam
Prikitiw perihal tugas yang akan kita emban nanti berikut waktu-waktunya. Setelah
dijelaskan saya amini saja apa yang dikatakannya. Dan mulailah tugas kita di
hari tersebut dengan mempersiapkan Map, sebagai tempat dokumen utama yang akan
diapakai oleh masing-masing Camaba kelak. Sebelumnya Map warna-warni tersebut telah
disediakan dengan kalkulasi setiap data 100 memakai satu warna yang sama. Di hari
berikutnya semua berkas telah kami bereskan. Seperti yang dikatakan akhi
Hisyam, kalau lagi santai atau di awal-awal mungkin kita beres jam 10 malam
dimulai dari setelah dzuhur.
“Santainya sampai jam 10 malam, kalau lagi kejar tayang?” Tanya saya
dalam hati. Saya yakin ini bakal nyekip beberpa jadwal. Dan benar juga
akhirnya saya harus rela menanggalkan beberapa jadwal tersebut. Dan semoga
tugas di KPP Maba ini dilancarkan dan dipermudah agar saya bisa kembali ke
rutinitas semula.
Di perjalanan kita sempat ragu kira-kira beres gak ya tugas ini, melihat
biasanya pekerjaan ini beres dalam tiga bulan. Dan 20 lembar kira-kira untuk
setiap Maba harus disiapkan dan beres sebelum tanggal 15 Desember. Artinya kita
hanya akan dikasih waktu kerja selama 1,5 bulan. Masalahnya terletak di
pengurusan berkas di beberapa tempat yang berbeda. KBRI, Mugamma, Kharijiah,
Tansiq. Itu bagaimana kira-kira ngatur supaya 1893 ini beres di tempat
pertama dan kemudian akan segera diurus di tempat berikutnya dan berikutnya?
“Seperti yang kita tahu, bahwa tahun ini untuk kesekian kalinya KPP Maba
mendapat tambahan tugas. 1893 ini bukan jumlah yang sedikit. Melihat yang harus
kita urus juga banya untuk setiap Mabanya. Saya sengaja tahun ini menyiapkan 20
panitia yang nanti akan ditempatkan di beberapa titik secara random.” Begitu kira-kira
akhi Ibnu Sina sebagai ketua mengabarkan kepada kita. Sekaligus tanda
dimulainya kerja shift-shift-an. Kira-kira pertengahan November waktu itu. Dengan
format tim akhwat fokus di urus-urus berkas di sekretariat. Yang laki-laki ada
yang ditempatkan untuk bolak-balik legalisir di KBRI, keimigrasian di Kharijiah,
legalisir ijazah Mugamma, administrasi di Konsuler, Foto Copy di
At-Taqwa dll.
Alhamdulillah semua urusan pemberkasan yang menjadi tugas utama kami
berjalan lancar dan bisa dibilang sukses karena kita bisa mencapai target itu
dalam tempo 1,5 bulan. Hal ini tidak terlepas dari kerjasama pihak-pihak
terkait di Al-Azhar dan KBRI Kairo sendiri dari pihak Pansosbud dan Atdikbud
yang bolak balik tanda-tangan masing-masing Maba sekitar 8 bubuhan tanda tangan
kira-kira. Dan juga Pak Mukhlason sebagai caretaker kita di KBRI.
Hari ini, 24 Desember kawan-kawan Camaba mengikuti ujian di Markaz Syekh
Zaid. Artinya tugas kita tinggal satu lagi yaitu nunggu ishal, kertas
bukti pendaftaran yang kelak akan digunakan oleh masing-masing Maba disertai ifadah
najah, bukti lulus dari kelas persiapan bahasa Arab resmi Al-Azhar yang
memiliki tujuh level ini untuk masuk di fakultas dan jurusan yang dipilih.
Dan yang memotivasi saya nulis atikel ini adalah spontanitas salah satu
dari kami tadi pagi yang tidak ada yang respon. Sepertinya semua sudah mikirin
ujian. Di antara mereka itu saya juga sama. Hanya mendengar tanpa menyahut
untuk sedikit membalasnya. “Yah kita gak bisa kaya kemain-kemarin lagi dong,
kerja bareng, tidur shift-shift-an.” Kemudian selepas jadwal piket masak rumah sore
ini saya berpikir untuk sedikit mengingat-ingat dan sekaligus nge-save momen
berkesan selama 1,5 bulan; akhir Oktober, November Full dan awal Desember di tahun 2018 ini.
Saya selalu meyakini. Pertemuan dengan siapapun bukan sebuah kebetulan. Tapi itu semua sudah direncanakan Allah SWT di zaman Azali dulu. Berbicara tentang pertemuan berarti sama saja kita bericara tentang interaksi apa yang terjadi selama pertemuan tersebut.
Saya selalu meyakini. Pertemuan dengan siapapun bukan sebuah kebetulan. Tapi itu semua sudah direncanakan Allah SWT di zaman Azali dulu. Berbicara tentang pertemuan berarti sama saja kita bericara tentang interaksi apa yang terjadi selama pertemuan tersebut.
Dan pada akhirnya bagaimanapun alur cerita yang telah kita bangun dan
atau tumbuh sendiri pasti akan berakhir ke hilir. Setiap
kita berjumpa untuk kemudian berpisah pada waktunya.
Komentar
Posting Komentar