Menikmati Sarapan Perpisahan RMD dari Azrul Faisal Kazein


Tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali kebersamaan yang dibangun dengan kesepahaman. Raga kita dipisahkan tapi tidak dengan mimpi-mimpinya.

Tidak sengaja, saya, Albi, Fathul dan Faisal ini ketemu di Informatika. Media jurnalistik mahasiswa Indonesia di Kairo. Kami datang dengan beragam latar belakang, berkolaborasi bareng dengan keberagaman hingga periode menjadi kru satu tahun, pengurus satu tahun di Informatika tidak cukup akhirnya kami bersatu di atap yang sama Rumah Masa Depan.  Juga, tidak dengan satu corak. Itu yang selama ini terbangun dengan sendirinya.

Jika Albi lebih memilih terjun di dunia pergerakan legislatif mahasiswa, juga Fathul ditambah dengan kesekretariatannya, saya dengan randomnya, Azrul ini berbeda. Sedari awal ia prefer di dunia pergerakan afiliasi Muhammadiyah di Kairo, kajian dan sastra. Minatnya di bidang sastra sebenarnya saya maklumi, di Bin Baz dulu, saya denger Azrul ini sudah aktif di broadcasting.

Pertama kali kenalan saya sudah menebak, Azrul suka dengan tantangan. Saat dia ngomong dengan PD nya mau ngambil jurusan studi Syariah dan Qanun, jurusan yang terkenal angker itu, saat itu pula saya berkesimpulan dengan sosok Azrul.

Di RMD, Azrul, di balik kesederhanannya, low profil kata orang-orang adalah yang paling visoner. Di dinding meja tempatnya belajar dia telah menuliskan benang merah kehidupannya, dia ingin jadi Pemred Suara Muhammadiyah di Jogja juga ingin menjadi Dubesdan lain-lainnya. Tetapi yang membuat aneh yang dia pelajari justru adalah filsafat dan astronomi. Saya sempat menertawakan dirinya di depan orangnya langsung. “Lihat aja nanti sepuluh tahun mendatang saya sudah menjadi penulis terkenal!” Tanggapnya. :D

Ternyata saya keliru. Justru akhirnya saya melihat dengan filsafatnya itu daya sastra dan kemampuan menulisnya semakin bagus. Ini yang membuat saya terheran-heran. Keikutsertaanya di komunitas sastra, Akar, saya kira bakal terus mengasah kempuan menulis Azrul. Ooh iya di kintaka.co tulisan-tulisannya kini bisa ditemukan.

Sebelum sarapan pagi hari ini, saya denger Azrul mau pindah rumah tapi bukan dari orangnya langsung. Meski sempat sedikit sedih akhirnya saya memakluminya. Ia ingin lebih dekat dengan Muhammadiyah Mesir. Ia akan tinggal di sekretariat PCIM. Padahal ini juga udah Rumah MuhammaDiyah, kalau denger celetukan Gubernur KPMJB.

Saya dan kita RMD adalah rumah untuk masa depan. Sesuai dengan namanya Rumah Masa Depan. Kita pernah satu atap di sini Azrul Faisal Kazein. Semoga sepulangnya nanti di Indonesia, Mas Fardan, Mang Maul, Nurai, Fathul, Yahya, Albi dan saya semuanya bisa menertawakan masa-masa satu atap kita di sini. Sukses selalu.

Ustadz Azrul, Tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali kebersamaan yang dibangun dengan kesepahaman. Raga kita dipisahkan tapi tidak dengan mimpi-mimpinya.

Cairo, RMD, 13 September 2019.

Komentar